Candi Sewu: Kekayaan Sejarah dan Budaya di Tengah Prambanan

bagikan

Candi Sewu merupakan salah satu situs warisan budaya yang sangat penting di Indonesia, terletak di Klaten, Jawa Tengah.

Candi Sewu: Kekayaan Sejarah dan Budaya di Tengah Prambanan

Sebagai kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Borobudur, Candi Sewu menawarkan keindahan arsitektur yang unik dan cerita sejarah yang kaya.​ Meskipun seringkali terlupakan di balik ketenaran Prambanan dan Borobudur, Candi Sewu menyimpan ratusan tahun sejarah dan spiritualitas yang menarik untuk dijelajahi. Dibawah ini ALL ABOUT JAWA TENGAH akan membahas mengenai sejarah, arsitektur, makna simbolik, dan upaya pelestarian Candi Sewu.

Sejarah Candi Sewu

Candi Sewu dibangun pada abad ke-8 di bawah pemerintahan Raja Rakai Panangkaran dari dinasti Sailendra, yang dikenal sebagai penguasa Buddha yang taat. Menurut catatan dalam prasasti Kelurak yang ditemukan di sekitar pemukiman tersebut, pembangunan Candi ini mungkin dimulai sekitar tahun 782 M. Nama asli candi ini diyakini adalah “Manjusri Grha” yang berarti “Rumah Manjusri,” dinamai sesuai dengan Bodhisattva Manjusri, simbol kebijaksanaan dalam ajaran Mahayana.

Sewaktu pertama kali ditemukan, candi ini dikelilingi oleh legenda dan mitos. Salah satu kisah terkenal adalah legenda Loro Jonggrang, yang mengisahkan tentang seorang pangeran yang membangun seribu candi dalam semalam untuk memenangkan cinta seorang putri. Meskipun hanya terdapat 249 candi dalam kompleks Sewu, kisah tersebut menambah daya tarik candi ini di kalangan pengunjung dan peneliti.

Setelah dibangun, Candi Sewu berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan spiritual, mengadakan ritual dan upacara menyambut para pengunjung yang ingin berdoa. Namun, pada sekitar abad ke-10, kekuasaan Mataram mulai mengalami kemunduran akibat erupsi Gunung Merapi dan pergeseran kekuasaan politik. Akibatnya, Candi ini ditinggalkan dan terlupakan selama berabad-abad.

Arsitektur Candi Sewu

Candi Sewu dikenal memiliki arsitektur yang rumit dan megah, dibangun dengan menggunakan batu andesit. Komplek candi ini dikelilingi oleh 249 bangunan yang diatur dalam pola mandala, simbol yang melambangkan alam semesta dalam kosmologi Buddha. Ukuran besar kompleks ini adalah 185 meter dari utara ke selatan dan 165 meter dari timur ke barat, membuatnya menjadi tampak lebih luas daripada yang dibayangkan.

Candi utama di kompleks ini memiliki bentuk persegi dengan struktur yang saling berhubungan. Bangunan ini terdiri dari satu ruang utama dan empat ruang kecil di empat arah mata angin. Arsitektur utama candi memiliki tinggi 30 meter dan memiliki dasar berbentuk polygon, serta jamak dihiasi dengan stupa di atas atap masing-masing bangunan. Di dalam ruang utama namun kini kosong itu, sebelumnya diduga terdapat patung Buddha besar, mungkin Patung Manjusri, yang diukir dari perunggu dan diperkirakan tingginya mencapai empat meter.

Salah satu keunikan dari Candi ini adalah keberadaan patung Dwarapala yang menjaga setiap pintu masuk. Patung-patung ini menggambarkan penjaga candi yang cenderung diukir dengan detail yang sangat cermat. Di sekeliling candi utama, terdapat mayoritas candi kecil yang berfungsi sebagai petugas penjaga, menciptakan irama yang harmonis dalam desain keseluruhan kompleks.

Makna Simbolik dalam Candi

Candi Sewu bukan hanya sekadar bangunan fisik; ia menyimpan makna spiritual dan simbolik yang mendalam. Candi ini diasosiasikan dengan ajaran Mahayana yang berfokus pada kebijaksanaan, cinta kasih, dan pengabdian. Dalam ritual yang dilakukan di Candi ini, pengunjung datang untuk berdoa dan merenungkan nilai-nilai ini, yang menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya.

Desain mandala yang terlihat pada pengaturan candi juga memiliki makna yang penting dalam praktik keagamaan. Sebagai simbol dari tatanan kosmik, mandala melambangkan perjalanan spiritual seseorang menuju pencerahan. Dengan berkeliling di kompleks ini, pengunjung diajak untuk mengalami dan meresapi perjalanan spiritual yang dalam.

Lebih jauh, hubungan antara Candi ini dan candi-candi Hindu di sekitarnya terlihat dalam kecenderungan masyarakat yang hidup dalam harmoni meskipun ada perbedaan keyakinan. Candi Sewu dan candi Prambanan, meskipun mengikuti dua tradisi agama yang berbeda, memperlihatkan rasa saling menghormati dan toleransi antar-pemeluk agama.

Baca Juga: Gunung Sumbing: Keindahan Alam yang Menantang di Jawa Tengah

Upaya Pelestarian Candi Sewu

Candi Sewu selama berabad-abad mengalami kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Salah satu contoh yang signifikan adalah gempa bumi Yogyakarta pada tahun 2006 yang menyebabkan kerusakan parah pada bagian tengah candi. Untungnya, pemerintah dan berbagai organisasi menerapkan upaya restorasi sejak abad ke-20 untuk memperbaiki dan melestarikan kompleks ini.

Sejak 1918, restorasi telah dilakukan dengan menggunakan metode tradisional dan modern, bertujuan untuk melindungi struktur yang ada sembari tetap mempertahankan keaslian bangunan. Kerja keras ini terus dilanjutkan hingga hari ini, dengan fokus pada pemulihan patung dan relief yang hilang akibat pencurian dan vandalisme.

Sebagai bagian dari situs Warisan Dunia UNESCO, Candi ini kini menarik banyak konseptor dan pengunjung, baik dari lokal maupun internasional. Diharapkan dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian ini, generasi mendatang akan dapat mengagumi kecantikan dan keindahan sejarah Candi Sewu.

Dampak Sosial dan Budaya Candi Sewu

Dampak Sosial dan Budaya Candi Sewu

Candi Sewu tidak hanya berfungsi sebagai situs keagamaan tetapi juga menjadi simbol identitas budaya bagi masyarakat lokal. Sebagai tempat berkumpulnya orang-orang untuk merayakan dan memperingati peninggalan nenek moyang mereka. Setiap tahun Candi ini mengadakan berbagai festival, termasuk perayaan Hari Waisak yang mengundang banyak peziarah.

Kegiatan ini tidak hanya memperkuat rasa persatuan di antara masyarakat, tetapi juga meningkatkan pemahaman tentang pentingnya warisan budaya dalam kehidupan mereka. Melalui pendidikan dan kolaborasi dengan lembaga budaya, generasi muda. Diharapkan dapat memahami dan menghargai warisan nenek moyang mereka, sehingga tradisi dan nilai-nilai luhur dapat dilanjutkan.

Candi Sewu dalam Konteks Wisata dan Perkembangannya

Sebagai salah satu destinasi wisata budaya, Candi Sewu semakin dikenal oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dikenal sebagai “candi seribu,” meskipun jumlah candi yang ada hanya 249, kompleks ini menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung yang ingin menelusuri sejarah dan keindahan arsitektur.

Di sekitar kompleks Candi Sewu, terdapat berbagai fasilitas pendukung, seperti pusat informasi, tempat parkir. Fasilitas hiburan yang dikembangkan sebagai bagian dari upaya untuk menarik lebih banyak pengunjung. Berbagai penawaran tur yang menawarkan pengalaman mendalam tentang sejarah dan budaya setempat juga semakin banyak bermunculan. Memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berharga.

Dengan berkembangnya sektor pariwisata, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memastikan bahwa dampak negatif dari pengembangan ini dapat diminimalkan. Ini termasuk pengawasan terhadap pengelolaan limbah, pelestarian lingkungan, dan membina komunitas lokal untuk terlibat dalam kegiatan wisata yang lebih berkelanjutan.

Kesimpulan

Candi Sewu merupakan bukti fisik dari sejarah panjang dan tradisi spiritual masyarakat Jawa. Arsitekturnya yang megah, disertai dengan makna simbolik yang mendalam, menjadikan candi ini sebuah warisan budaya yang harus dijaga. Melalui upaya restorasi dan pelestarian yang berkelanjutan, Candi ini tidak hanya menjadi tempat bagi pengunjung untuk belajar tentang sejarah.

Tetapi juga lingkungan yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang penting. Dalam era modern ini, tantangan semakin meningkat, namun semangat yang muncul dari pelestarian warisan seperti Candi Sewu. Akan memastikan bahwa warisan budaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Dengan demikian, Candi Sewu menjadi lebih dari sekadar candi ia adalah simbol dari identitas, kebanggaan, dan kesatuan budaya masyarakat Indonesia. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang ALL ABOUT JAWA TENGAH yang akan kami berikan setiap harinya.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *